Kepiting Raksasa Dari Indonesia
Seperti yang dikutip dari Alam Mengembang
Jadi Guru, Meskipun disebut ketam/kepiting, hewan ini bukanlah ketam/kepiting.
Ketam ini merupakan jenis umang-umang yang sangat maju dalam hal evolusi. Jadi
mungkin ia lebih tepat disebut umang-umang kenari, namun demikian penduduk
kepulauan Maluku sudah menyebutnya ketam kenari. Ketam ini dikenal karena
kemampuannya mengupas buah kelapa dengan capitnya yang kuat untuk memakan isinya.
Ia satu-satunya spesies dari genus Birgus.
Ia juga disebut dalam bahasa Inggris
“terrestrial hermit crab” (umang-umang darat) karena penggunaan kulit keong
oleh umang muda; tetapi, ada juga umang darat lain yang tidak menanggalkan
kulit keongnya setelah dewasa. Hewan ini – khususnya genus Coenobita yang masih
berkerabat dekat – biasanya disebut “umang-umang darat”; karena dekatnya
kekerabatan antara Coenobita dan Birgus maka istilah “umang-umang darat” ini
biasanya mengacu pada anggota famili Coenobitidae.
Birgus latro, atau dikenal dengan coconut crab (Kepiting Kelapa) dan di Indonesia dikenal dengan nama Ketam Kenari, merupakan artropoda darat terbesar di dunia. |
DESKRIPSI FISIK
Laporan tentang ukuran Birgus latro
beragam, namun menurut banyak rujukan beratnya mencapai 4 kg, panjang tubuh
hingga 40 cm dan bentangan kaki sekitar 200 cm, dan hewan jantan umumnya lebih
besar daripada betina. Hal itu dipercaya mendekati batas teoritis untuk
artropoda darat. Umurnya dapat mencapai 30-60 tahun.
Seperti semua dekapoda lain, tubuh ketam
kenari dibagi menjadi bagian depan (kepala-dada atau sefalotoraks), dengan 10
kaki, dan abdomen (perut). Sepasang kaki terdepan mempunyai capit besar untuk
mengupas kelapa, dan cakar (chelae) ini dapat mengangkat benda hingga seberat
29 kg. Dua pasang kaki berikutnya, seperti pada umang-umang lain, adalah kaki
berjalan yang besar dan kuat yang memungkinkan ketam kenari memanjat pohon
(seringkali kelapa) secara vertikal hingga setinggi 6 m. Pasangan kaki ke empat
lebih kecil dengan cakar mirip pinset diujungnya, memungkinkan ketam muda
berpegangan di dalam kulit keong atau batok kelapa untuk berlindung; hewan
dewasa menggunakan pasangan kaki ini untuk berjalan dan memanjat. Pasangan kaki
terakhir sangat kecil dan hanya digunakan untuk membersihkan organ
pernapasannya. Kaki-kaki ini diletakkan dalam karapas, dalam rongga tempat
organ pernapasannya berada. Ada beberapa perbedaan warna antara hewan di pulau
yang satu dengan pulau yang lain, dari ungu muda, ungu tua hingga cokelat.
Meskipun Birgus latro adalah tipe turunan dari umang-umang, hanya
yang muda yang memakai kulit keong untuk melindungi perutnya yang lunak, dan
kadang-kadang hewan dewasa memakai batok kelapa yang pecah untuk melindungi
perutnya. Tidak seperti umang-umang yang lain, ketam kenari dewasa tidaklah
membawa kulit keong, melainkan mengeraskan perisai perut mereka dengan menumpuk
kitin dan kapur. Mereka juga membengkokkan ekor mereka untuk melindunginya,
seperti banyak kepiting sejati. Perut yang mengeras melindungi ketam kenari dan
mengurangi kehilangan air di darat, namun kulit ditubuhnya harus diganti secara
berkala. Pergantian kulit berlangsung selama 30 hari, selama itu tubuh hewan
ini lunak dan rapuh, dan ia bersembunyi untuk berlindung.
Reproduksi
Ketam kenari kawin secara berulangkali
dan cepat di daratan kering pada periode dari Mei sampai September, khususnya
Juli dan Agustus. Ketam jantan dan betina berkelahi satu sama lain, lalu yang
jantan berbalik ke punggung betina untuk kawin. Seluruh proses perkawinan
berlangsung sekitar 15 menit. Tidak lama kemudian, betina bertelur dan
melekatkannya dibawah perutnya, membawa telur-telur yang telah dibuahi itu selama
beberapa bulan. Bila tiba waktu telur-telur itu menetas, biasanya bulan Oktober
atau November, ketam kenari betina melepaskan telur-telur tersebut ke lautan
pada saat pasang naik. Seperti pada krustasea dekapoda lain, larvanya bertipe
zoea. Dilaporkan bahwa semua ketam kenari melakukan hal ini pada malam yang
sama dan berada di pantai pada saat yang sama.
Larva-larva itu mengapung di lautan
selama 28 hari, selama itu banyak dari mereka dimakan pemangsa. Setelah itu,
mereka hidup di dasar laut dan di pantai sebagai umang-umang, menggunakan
cangkang siput yang kosong untuk berlindung selama 28 hari berikutnya. Pada
saat ini, mereka kadang-kadang pergi ke daratan kering. Seperti umang-umang
-yang lain, ia mengganti cangkang siput itu, dengan bertambah besarnya ukuran
mereka. Setelah 28 hari ini, mereka meninggalkan lautan secara permanen dan
kehilangan kemampuan bernapas di air. Ketam kenari muda yang tidak dapat
menemukan cangkang keong yang beukuran tepat juga sering memakai potongan
kelapa retak. Saat mereka tumbuh bahkan melebihi tempurung kelapa, mereka
mengembangkan perut yang mengeras. Kira-kira 4 sampai 8 tahun setelah menetas,
ketam kenari dewasa dan dapat berkembang biak. Masa perkembangan yang panjang
itu tidak biasa ditemukan pada crustacea.
MAKANAN
Makanan ketam kenari terutama terdiri
dari buah, termasuk kelapa dan beringin. Tetapi, mereka akan memakan hampir
semua yang organik, seperti daun, buah busuk, telur penyu, hewan mati, dan
cangkang hewan lain, yang dipercaya menyediakan kalsium. Mungkin mereka juga
makan hewan hidup lain yang terlalu lambat untuk lari, seperti tukik penyu yang
baru menetas. Selama percobaan pemberian label, seekor ketam kenari diamati
menangkap dan memakan tikus polinesia. Ketam kenari sering mencoba mencuri
makanan dari ketam lain dan akan menyeret makanan mereka ke tempat bersembunyi
untuk makan dengan aman.
Hewan ini mengembangkan cara khusus untuk mengupas kelapa: jika
buah kelapa masih tertutup sabut, ia akan memakai capitnya untuk merobek sabut,
selalu dimulai dari sisi dengan tiga lubang perkecambahan. kumpulan tiga lubang
itu ditemukan di luar buah. Begitu lubang itu terlihat, ketam akan menjepit
sampai salah satu lubang itu pecah. Setelah itu, ia akan berbaik dan memakai
capitnya yang lebih kecil pada kaki lainnya untuk mengeluarkan daging putih
buah kelapa. Dengan cakarnya yang kuat, hewan yang lebih besar dapat memecahkan
kelapa yang keras menjadi potongan kecil untuk memudahkan konsumsi.
Habitat dan Penyebaran
Ketam kenari hidup sendiri dibawah tanah
atau celah-celah bebatuan, tergantung daerah setempat. Mereka menggali tempat
bersembunyi di pasir atau tanah gembur. Di siang hari, ketam kenari
bersembunyi, untuk berlindung dan mengurangi hilangnya air karena panas. Di
tempat persembunyiannya terdapat serat sabut kelapa yang kuat nan halus, yang
dipakainya sebagai alas; sabut kelapa ini dikumpulkan oleh warga lokal untuk
dibuat kerajinan. Saat beristirahat di liangnya, ketam kenari menutup jalan
masuk dengan salah satu capitnya untuk menjaga kelembapan yang penting untuk
pernapasannya. Di area dengan banyak ketam kenari, beberapa ketam juga keluar
waktu siang hari, mungkin untuk mendapat keuntungan dalam mencari makan. Ketam
kenari juga kadang-kadang keluar waktu siang jika keadaan lembap atau hujan,
karena keadaan ini memudahkan mereka untuk bernapas. Mereka hanya ditemukan di
darat, dan beberapa dapat ditemui sejauh 6 km dari lautan.
Ketam kenari hidup di areal dari samudera Hindia hingga samudera
Pasifik tengah. Pulau Christmas di samudera Hindia mempunyai populasi ketam
kenari terbesar dan paling lestari di dunia. Populasi samudera Hindia lain ada
di Seychelles, terutama Aldabra, kepulauan Glorioso, pulau Astove, pulau
Assumption dan Cosmeldo, namun pada pulau-pulau di tengah ketam kenari punah.
Mereka juga ada di beberapa pulau di kepulauan Andaman dan Nicobar di teluk
Benggala. Dalam jumlah besar, mereka juga ada di kepulauan Chagos milik
Inggris, yang juga dikenal sebagai Teritori Samudera Hindia Inggris. Mereka
dilindungi di pulau-pulau ini dari perburuan dan dimakan, dengan denda hingga
1500 poundsterling tiap ketam yang dikonsumsi. Di Mauritius dan Rodrigues
mereka punah.
Karena mereka tidak berenang saat dewasa,
ketam kenari tiap waktu harus mengkoloni pulau-pulau sebagai larva, yang bisa
berenang. Akan tetapi, karena jarak yang jauh antar pulau, beberapa peneliti
percaya stadium larva selama 28 hari tidak cukup untuk melalui jarak tersebut
dan mereka menganggap ketam kenari muda mencapai pulau lain melalui kayu
terapung atau benda lain.
Penyebarannya terpisah-pisah, contohnya
disekitar pulau Kalimantan, Indonesia atau Irian. Pulau-pulau ini mudah dicapai
oleh ketam kenari, dan merupakan habitat yang sesuai, tetapi tidak ada populasi
ketam kenari. Hal ini karena ketam kenari dikonsumsi manusia hingga punah.
Namun ketam kenari juga diketahui hidup di Taman Nasional Wakatobi di Sulawesi,
juga di Maluku, Indonesia.
No comments:
Post a Comment