Yasuke Si Samurai Hitam
Seorang budak asal Afrika menjadi tangan
kanan Oda Nobunaga. Dia menjalani hidup layaknya samurai.
PADA 1581, massa di Kyoto melabrak rumah
misionaris Jesuit, Alessandro Valignano, karena ingin melihat budak yang
dibawanya dari Mozambik, Afrika Selatan. Beberapa orang terluka, bahkan ada
yang tewas, saking antusias melihat budak itu.
Kejadian itu sampai ke telinga Oda
Nobunaga (1534-1582), seorang daimyo (tuan tanah-pendekar) Provinsi Owari
sekitar Nagoya, yang tengah berdiam di Kyoto. Dia dan pengikutnya menaklukkan
sepertiga wilayah Jepang dari kekuasaan para tuan tanah feodal untuk
mempersatukan Jepang di bawah panji satu pemerintahan.
“Karena merasa dipermalukan oleh insiden
tersebut, Oda Nobunaga sendiri yang memanggil si budak Afrika, memeriksanya
dengan saksama untuk memastikan bahwa warna kulitnya asli, menghadiahkannya
uang, dan menjadikannya pelayan,” tulis Gary P. Leupp dalam Interracial
Intimacy in Japan: Western Men and Japanese Women, 1543-1900.
Nobunaga menyematkan nama “Yasuke”, yang
artinya kurang lebih “orang berkulit hitam.”
Keberadaan Yasuke tercatat dalam beberapa
catatan sezaman. Kronik tentang Nobunaga, Shinchokoki, mendeskripsikan
pertemuan pertama Yasuke dengan Nobunaga. Saat itu Yasuke berusia 26 atau 27
tahun, tubuhnya hitam legam, kuat, dan bisa sedikit berbahasa Jepang. Tingginya
sekitar 188 cm, sangat mencolok bagi ukuran orang Jepang kala itu.
Yasuke diizinkan mengenakan baju samurai
dan membawa senjata perang Nobunaga dalam beberapa pertempuran. Meski menjalani
hidup layaknya samurai, Yasuke tidak memiliki tanah. Dia seorang samurai hanya
sebatas nama.
Penghambaan Yasuke berakhir ketika Akechi
Mitsuhide, panglima Nobunaga, berkhianat dan memaksa Nobunaga melakukan
seppuku, ritual bunuh diri, pada Juni 1582. Yasuke akhirnya dilepaskan karena
Mitsuhide menganggapnya orang asing yang tak tahu apa-apa.
Beberapa kronik menyebutkan dia kemudian
diserahkan kembali kepada para misionaris Jesuit. Setelah itu, nama Yasuke
menghilang dari sejarah.
Karena pengkhianatannya, Mitsuhide tewas
sebelas hari kemudian oleh panglima Nobunaga yang lain, Toyotomi Hideyoshi.
Baru pada masa kepemimpinan sekutu Nobunaga lainnya, Tokugawa Ieyasu, Jepang
dipersatukan di bawah panji Dinasti Tokugawa yang berlangsung selama 250 tahun
–dikenal dengan nama Zaman Edo (1603-1867).
Pada masa ini, orang-orang kulit hitam
kembali berdatangan. Sebagian besar diperdagangkan sebagai budak oleh orang-orang
Belanda melalui jaringan dagang VOC. Selama Zaman Edo, sebagian kecil dari
mereka bahkan menetap di pos dagang Belanda di Pulau Deshima.
“Seperti Yasuke, beberapa orang Afrika
ditempatkan oleh para tuan tanah dalam beragam kapasitas, sebagai prajurit,
penembak, pemusik, dan penghibur,” tulis John G. Russell, “The Other Other: The
Black Presence in the Japanese Experience”, termuat dalam Japan’s Minorities:
The Illusion of Homogeneity suntingan Michael Weiner.
Kisah hidup Yasuke menginspirasi lahirnya
buku cerita anak-anak tentang seorang samurai berkulit hitam yang mengabdi pada
Nobunaga. Judulnya Kuro-suke, yang ditulis Kurusu Yoshio pada 1960-an.
Kuro-suke kemudian memicu terbitnya buku-buku bacaan historis untuk anak-anak
serupa di Jepang.
No comments:
Post a Comment