[Latest News][6]

Teknologi
Warta Berita
Ragam
Video
Unik | Kreatif
Kesehatan
Sudut Waktu
Bebas
Travel
Tips
Kendaraan
Sejarah
Elektronik
Misteri
Tempat
Sosok
Fakta
Langka Tapi Nyata
Outdoor
Alam
Gaya Hidup
Parenting
Kemanusiaan
Militer
Tour
Download
Kuno
Science

Sniper Wanita Paling Mematikan Dalam Sejarah


Dalam perang dunia II, Nazi yang berada di Front Timur belajar untuk takut kepada seorang wanita di atas semua lawan-lawannya.
Wanita itu berusia 25 tahun, dan dia sedang belajar di Universitas Kiev, saat pasukan Jerman mulai menginvasi Uni Sovyet.

Inilah sniper wanita paling mematikan di dunia yang begitu meneror pasukan Nazi Jerman, Lyudmila Pavlichenko (1916-1974).


Pada awal 1941, Lyudmila Pavlichenko belajar sejarah di Universitas Kiev, tetapi dalam waktu satu tahun kemudian, ia telah menjadi salah satu penembak jitu terbaik sepanjang masa, dengan reputasi yang telah dikonfirmasi menewaskan 309 tentara Nazi, 36 di antaranya adalah penembak jitu Jerman.

Pavlichenko dilahirkan pada tahun 1916 di sebuah kota kecil di Ukraina. Dia digambarkan sebagai yang berdikari, berpendirian tomboy yang "nakal di kelas," Pada usia 14, keluarga Pavlichenko telah pindah ke Kiev, di mana dia bekerja sebagai penggiling logam di sebuah pabrik amunisi.

Seperti banyak anak muda di Uni Soviet pada waktu itu, Pavlichenko berpartisipasi dalam OSOAVIAKhIM, sebuah organisasi olahraga paramiliter yang mengajarkan para pemuda keterampilan senjata dan etiket.

"Ketika seorang anak tetangga membual tentang kemampuan di sebuah lapangan tembak," kata Pavlichenko. "Saya berangkat untuk menunjukkan bahwa seorang gadis bisa melakukannya juga. Jadi saya banyak berlatih."


Pada tanggal 22 Juni 1941, Hitler memutuskan hubungan dengan Joseph Stalin dan tentara Jerman tumpah ruah menyerbu Uni Soviet. Pavlichenko bergegas untuk bergabung dengan tentara Soviet dan membela tanah airnya, tapi ia awalnya ditolak masuk menjadi tentara karena soal gender.

"Dia tampak seperti model, dengan kuku yang terawat, pakaian modis, dan gaya rambut. Pavlichenko mengatakan kepada perekrut bahwa dia ingin membawa senapan dan bertempur. Pria itu hanya tertawa dan bertanya apakah dia tahu apa saja tentang senapan," Soviet-Awards.com menuliskan upaya Pavlichenko untuk bergabung dengan militer.

Bahkan setelah Pavlichenko mendapatkan sertifikat penembak jitu dan lencana sniper dari OSOAVIAKhIM, para pejabat masih mendesak dia untuk bekerja sebagai perawat.



"Mereka tidak akan mengambil anak-anak perempuan di ketentaraan, jadi aku harus mengusahakan segala macam trik agar masuk," jelas Pavlichenko.

Akhirnya, Tentara Merah memberinya "audisi" dengan memberikan senapan dan menunjukkan dua orang Rumania yang bekerja dengan Jerman sebagai sasaran tembak. Dia menembak jatuh dua tentara itu dengan mudah, dan kemudian diterima ke dalam barisan Divisi Senapan Tentara Merah ke-25 Chapayev.

Pavlichenko kemudian dikirim ke garis pertempuran di Yunani dan Moldova. Dalam waktu yang sangat singkat dia memasyhurkan dirinya sebagai seorang sniper yang menakutkan, menewaskan 187 orang Jerman dalam 75 hari pertama perangnya.

Para penembak jitu dalam pertempuran ini terjadi diantara garis musuh, seringkali jauh dari kelompok mereka. Itu adalah pekerjaan yang sangat berbahaya dan hati-hati, karena dia harus duduk diam selama berjam-jam untuk menghindari deteksi dari penembak jitu musuh. Setelah namanya terkenal di Odessa dan Moldova, Pavlichenko dipindahkan ke Crimea untuk berperang dalam pertempuran Sevastopol.

Dengan reputasinya dia mendapatkan tugas yang lebih berbahaya, akhirnya berhadapan satu lawan satu dengan para penembak jitu musuh. Dilaporkan bahwa ia berduel dan membunuh 36 penembak jitu musuh, beberapa di antaranya memiliki bintang tanda jasa, menunjukkan mereka adalah penembak jitu berpengalaman malang melintang dalam peperangan.

"Itu adalah salah satu pengalaman paling menegangkan dalam hidup saya," kata Pavlichenko sebagaimana dilaporkan.

"Senjata Pavlichenko, Mosin Nagant, hanya memiliki lima tembakan, sistem kerja bolt-action, menembakan peluru kaliber .30, dan menendang seperti seekor keledai."

Dia menghabiskan delapan bulan pertempuran di Stevastopol, di mana dia mendapatkan pujian dari Tentara Merah dan dipromosikan. Pada beberapa kesempatan ia terluka, tapi dia hanya dipindahkan dari pertempuran setelah terkena pecahan peluru di wajah saat posisinya dibom oleh Jerman yang putus asa untuk membendung gelombang jumlah angka pembunuhannya.

Dia telah menjadi tokoh terkenal dalam perang, sebagai tokoh utama dalam propaganda dalam negeri Tentara Merah, dan momok bagi tentara Jerman di seluruh front Timur. Jerman bahkan berbuat lebih untuk mengatasinya dengan menyeru menggunakan pengeras suara, menawarkannya kenyamanan dan permen agar ia membelot dan bergabung dengan barisan mereka.

Pavlichenko menjadi instruktur sniper dan segera diundang ke Gedung Putih.

Lyudmila Pavlichenko, sniper Rusia yang terkenal, dengan Nyonya Roosevelt dan Justice Robert Jackson.

Ia menjadi tentara Soviet pertama yang mengunjungi Gedung Putih, di mana ia bertemu dengan Presiden Franklin Roosevelt dan ibu negara, Eleanor Roosevelt.

Pavlichenko menjadi marah pada media AS karena cara terang-terangan mereka dalam menanyainya tentang keseksian dalam perang. Tampilan dan gaunnya dikritik. Ketika dia ditanya apakah dia mengenakan make up untuk pertempuran dia menjawab, "Tidak ada aturan yang melarang itu, tapi siapa yang memiliki waktu untuk memikirkan hidung mengkilap ketika pertempuran sedang terjadi?"

"Saya mengenakan seragam saya dengan hormat. Memiliki Orde Lenin padanya. Ini telah tertutup dengan darah dalam pertempuran. Hal ini jelas terlihat bahwa bagi wanita Amerika yang penting adalah apakah mereka memakai pakaian sutra di bawah seragam mereka. Apa fungsi seragam, mereka belum belajar," katanya kepada Majalah Time pada tahun 1942.


Pavlichenko adalah salah satu dari 2.000 penembak jitu perempuan yang berjuang untuk Tentara Merah dalam Perang Dunia II, dan salah satu dari 500 yang selamat.

Torehannya membunuh 309 musuh di medan perang mungkin menempatkan dirinya dalam lima penembak jitu teratas sepanjang waktu, tetapi jumlah membunuh sebenarnya Pavlichenko cenderung lebih banyak lagi, karena membunuh yang dikonfirmasi harus disaksikan oleh pihak ketiga, sedangkan dia juga sering terjun beraksi seorang diri.

Setelah perang, Pavlichenko kembali untuk menyelesaikan gelar masternya di Universitas Kiev, dan memulai karir sebagai seorang sejarawan. Dari tahun 1945 sampai 1953, dia adalah seorang asisten peneliti Kepala Markas Angkatan Laut Soviet. Dia kemudian aktif di Komite Veteran Perang Soviet. Pavlichenko meninggal pada 10 Oktober 1974 pada usia 58, dan dimakamkan di Pemakaman Novodevichye di Moskow.

Pada bulan April 2015, kisah Pavlichenko ini diabadikan dalam sebuah film berjudul "Battle for Sevastopol" di Rusia dan "Indestructible" di Ukraina.


Pengambilan gambar untuk film ini dilakukan selama protes Euromaidan[1] tahun 2013 di Ukraina, dan dibiayai baik oleh pendukung Rusia dan Ukraina pada awal konflik yang akan menjadi berdarah dan memecah belah, namun film ini merupakan bukti karir yang luar biasa dari Pavlichenko, pahlawan umum di antara kedua belah pihak.



___________________________________________________________________________

[1] Euromaidan (Ukraina: Євромайдан, Yevromaidan, harfiah "Eurosquare") adalah gelombang demonstrasi dan kerusuhan sipil di Ukraina, yang dimulai pada malam 21 November 2013 dengan protes publik yang sangat besar menuntut integrasi Eropa yang lebih dekat.

Penyidik Info

PI adalah sarana untuk berbagi informasi yang bermanfaat (sesuai kacamata admin tentunya) dalam beragam hal yang terjadi dan muncul di sekitar kita ataupun diatas muka bumi tempat kita berdiri, duduk dan chatting ini yang dapat ditelusuri oleh admin.

No comments:

Post a Comment

Start typing and press Enter to search